Selasa, 30 Desember 2014

Analisa Fenomena Berdasarkan Teori Albert Ellis

Warga Pasang Monumen di Bibir Kolam Lumpur Sidoarjo.

SIDOARJO, KOMPAS.com
Selain menenggelamkan patung raksasa dan patung jalangkung, pada aksi peringatan tujuh tahun lumpur Sidoarjo, Rabu (29/5/2013), warga juga memasang monumen Tragedi Lumpur Lapindo.
Monumen dari batu cor tersebut dipasang di bibir kolam lumpur, tepatnya di bekas lokasi Desa Mindi, Kecamatan Porong, Sidoarjo. Monumen itu bertuliskan, "Lumpur Lapindo telah mengubur kampung kami, Lapindo hanya mengobral janji palsu. Negara abai memulihkan kehidupan kami. Suara kami tak pernah padam agar bangsa ini tidak lupa".
Menurut koordinator aksi, Catur Nusantara, monumen itu mengingatkan kepada semua pihak bahwa korban lumpur Sidoarjo akan selalu menuntut pemulihan kehidupan mereka yang telah hancur akibat lumpur. ''Semangat kami akan terus berkobar dan tidak akan padam,'' katanya.
Aksi juga diramaikan penampilan foto-foto kerusakan sarana permukiman dan infrastruktur akibat lumpur, aksi teatrikal berenang dalam lumpur, dan aksi musik jalanan oleh komunitas musik jalanan.
Dalam aksi solidaritas peringatan bencana lumpur Sidoarjo tahun ini, korban lumpur didukung oleh sejumlah elemen, di antaranya Walhi, UPC, Jatam, Sanggar Sahabat Anak, Sanggar Merah Merdeka, Sanggar Bocah Dolanan, dan puluhan komunitas dari sejumlah wilayah konflik tambang dari sejumlah provinsi.
Sebelumnya, masih dalam rangkaian peringatan tujuh tahun lumpur Sidoarjo, warga korban lumpur juga menggelar seminar dan diskusi tentang lumpur Sidoarjo di kampus Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya. 





 


TEORI ALBER ELLIS
            Ellis memandang bahwa manusia itu bersifat rasional dan juga irasional. Orang berperilaku dalam cara-cara tertentu karena ia percaya bahwa ia harus bertindak dalam cara itu. Pandangan pendekatan rasional emosi tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teor Albert Ellis. Teori Ellis REBT berlandaskan pada lima hal yang dikenal sebagai singkatan ABCDE :
Activating experiences, mencakup peristiwa yang dialami individu. Pengalaman-pengalaman yang berupa fakta, kejadian, dan lain-lain.

·         Beliefs mencakup kepercayaan atau keyakinan yang irasional tentang Event yang terjadi di “A”  Manusia memiliki 2 sistem berpikir:

1.      Rasional (sistem berpikir seseorang yang tepat, masuk akal, bijaksana)
2.      Irasional (sistem berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal,dan cenderung emosional)

·         Consequence, yakni konsekuensi-konsekuensi berupa gejala neurotic dan emosi negative, seperti panic, dendam, dan amarah karena depresi.

·         Dispute, usaha untuk membantah segala kepercayaan irasional. Menggantikan/mengubah perasaan negatif ataupun pemikiran yang tidak realistis menjadi lebih rasional sehingga dapat membuat penilaian yang sesuai atau tepat untuk masalah situasi tersebut.

·         Psychological Effect, efek psikologis yang baru. Hasil pemikiran yang lebih beralasan (rasional) tentang peristiwa yang asli atau perubahan interpretasi seseorang terhadap sebuah situasi.


Analisa Berdasarkan Teori Albert Ellis

Berdasarkan dari berita diatas bahwa warga sidoarjo menggelar aksi peringatan atas musibah lumpur lapindo. Musibah itu mengakibatkan banyak korban jiwa, menenggelamkan ratusan rumah, dan membuat kerugian besar bagi warga disana. Dari peristiwa musibah lumpur lapindo itu, membuat kenangan yang buruk bagi warga sidoarjo, dan peristiwa yang tak terlupakan bagi mereka, karena menurut mereka, musibah itu,  dikarenakan kelalaian yang bekerja diperusahaan itu. Ini bisa dikaitkan dengan teori activating, karena dari teori ini menjelaskan peristiwa luar yang dialami individu.

Setelah musibah itu, perusahaan pun menjanjikan akan menganti rugi kepada masyarakat yang terkena musibah, berupa rumah, dan material lainnya. Dan juga perusahaan meminta maaf sebesar-besarnya atas musibah itu. Akan tetapi sudah  bertahun-bertahun lamanya setelah musibah itu, perusahaan belum ada memberikan apa pun dari apa yang mereka janjikan ke masyarakat. Dari hal itu, bisa dikaitkan dengan teori beliefs, karena teori ini menjelaskan mencakup kepercayaan atau keyakinan yang irasional tentang apa yang terjadi di “A”. Dikarenakan  perjanjian yang perusahaan janjikan ke masyarakat, sedikit masih bisa terobati luka kesedihan, rasa duka masyarakat yang menjadi korbam musibah itu, akan tetapi perusahaan belum ada memberikan apa pun ke masyarakat setelah bertahun-tahun musibah itu berlalu.

Hal itu yang membuat masyarakat sidoarjo geram kepada perusahaan lapindo, karena belum ada apa pun yang mereka berikan dari apa yang mereka janjikan kepada para korban, hanya sedikit yang masih diberikan. Pada saat itu dan sampai sekarang, masyarakat menggelar aksi protes, demo ke perusahaan itu, rasa emosi, marah, dan kecewa yang masyarakat rasakan. Karena mereka sudah terlanjur percaya kepada perusahaan yang sudah menjanjikan ganti rugi kepada para korban. Ini bisa dikaitkan dengan teori consequence, karena teori ini menjelaskan Konsekuensi yang secara emosi tentang kepercayaan irasional. Disini kepercayaan masyarakat hilang ketika perusahaan tidak bertindak seperti apa yang mereka janjikan.

Setelah sekian lama, akhirnya pun perusahaan mulai bertindak dan memberikan kepada masyarakat, para korban, yang apa mereka janjikan saat itu. Bangunan-bangunan rumah sudah mulai dibangun, material-material sudah di berikan, hal ini membuat rasa percaya masyarakat mulai timbul ke perusahaan lapindo, walau terkadang aksi-aksi demo masih digelar, karena kekecewaan mereka masih belum terobati. Ini bisa juga dikaitkan dengan teori dispute, karena teori ini menjelaskan usaha untuk membantah segala kepercayaan irasional. Menggantikan/mengubah perasaan negatif ataupun pemikiran yang tidak realistis menjadi lebih rasional sehingga dapat membuat penilaian yang sesuai atau tepat untuk masalah situasi tersebut. Tindakan perusahaan yang mulai menepati janji mereka, yang mebuat rasa percaya masyarakat ke perusahaan mulai timbul, dan membuat situasi sedikit lebih tenang.

Sampai sekarang, setelah musibah itu berlalu, menyisakan kepedihan yang mendalam bagi para korban, dan masyarakat sidoarjo. Peristiwa itu memiliki dampak negative bagi para korban, karena kehlangan keluarga, rumah, dan harta mereka, dan juga janji-jaji palsu perusahaan dan pemerintah, yang mebuat mereka sangat kecewa dan geram. Dampak positifnya, kita sebagai warga Indonesia, turut perihatin, dan juga ikut menggelar aksi solidaritas kepada pemerintah, yang mana bisa kita kritik kinerja mereka, karena kita sebagai masyarakat Indonesia, seharusnya dilindungi, dibuat makmur, bukan dibuat sengsara dan susah. Hal ini termasuk juga dalam teori  psychological effects, karena teori ini menjelaskan efek psikologis yang baru. Hasil pemikiran yang lebih beralasan (rasional) tentang peristiwa yang asli atau perubahan interpretasi seseorang terhadap sebuah situasi.

"Lumpur Lapindo telah mengubur kampung kami, Lapindo hanya mengobral janji palsu. Negara abai memulihkan kehidupan kami. Suara kami tak pernah padam agar bangsa ini tidak lupa ".
Terima kasih, selamat membaca, jika ada kritik atau saran, boleh dikomentari.



Jumat, 13 Juni 2014

Geng Motor Indonesia Sudah Ada Sejak Jaman Belanda

Kasus kejahatan oleh Geng Sepeda Motor akhir-akhir ini sangat meresahkan masyarakat. Siapa pun yang terlibat di dalamnya, entah oknum aparat atau bukan, aksi anarkis hingga mengambil nyawa orang merupakan aksi kriminal yang sudah tak bisa ditolerir.

Secara tak langsung, masalah ini mempunyai efek buruk terhadap pendidikan generasi penerus bangsa ini. Jangan sampai anak-anak mencontoh kelakuan anggota geng tersebut yang sungguh biadab.

Ternyata, Geng Sepeda Motor sudah ada di Jakarta sejak tahun 1915. Kala itu namanya Motorfietsrijders te Batavia.

Menurut catatan Koninlijk Instituut voor Taal, Land en Volkenkunde (KITLV), sepeda motor masuk ke Indonesia pertama kali dibawa oleh seorang berkebangsaan Inggris, John C. Potter pada tahun 1893.

Sehari-hari J.C. Potter bekerja sebagai Masinis Pertama di pabrik gula Oemboel (baca: Umbul) Probolinggo, Jawa Timur.

J.C. Potter juga dikenal sebagai penjual mobil yang mendapat kepercayaan Sunan Solo untuk mengurusi pengiriman mobil pertamanya dari Eropa.

Dalam buku "Krèta Sètan (de duivelswagen)" dikisahkan bagaimana John C. Potter memesan sendiri sepeda motor itu ke pabriknya, Hildebrand und Wolfmüller, di Muenchen, Jerman.

Sepeda motor itu tiba pada tahun 1893, satu tahun sebelum mobil pertama milik Sunan Solo (merk Benz tipe Carl Benz) tiba di Indonesia. Hal itu menjadikan J.C. Potter sebagai orang pertama di Indonesia yang menggunakan kendaraan bermotor. Selain itu, ada hal yang menarik apabila kita mengamati tahun kedatangan sepeda motor tersebut.

Untuk diketahui, sepeda motor pertama di dunia (Reitwagen) lahir di Jerman pada 1885 oleh Gottlieb Daimler dan Wilhelm Maybach tetapi belum dijual untuk umum. Tahun 1893, sepeda motor pertama yang dijual untuk umum dibuat oleh pabrik sepeda motor Hildebrand und Wolfmüller di Muenchen, Jerman. Sepeda motor ini pertama kali masuk ke Amerika Serikat pada tahun 1895 ketika seorang pemain sirkus asal Perancis membawanya ke New York.

Jadi, meski yang membawanya bukan orang pribumi Indonesia, tetapi sebuah hal yang luar biasa ketika sepeda motor komersial pertama di dunia ternyata langsung dikirim ke Indonesia pada tahun pertama pembuatannya. Terlebih lagi, baru dua tahun kemudian sepeda motor komersial pertama tersebut masuk Amerika Serikat. Jadi, sepeda motor yang pertama kali masuk Indonesia merupakan sepeda motor pertama di dunia juga.

Sepeda motor ini tidak menggunakan rantai dan roda belakang digerakkan langsung oleh kruk as (crankshaft).

Meski berusia ratusan tahun, ternyata motor komersial pertama di dunia ini sudah mengusung teknologi yang sampai saat ini masih dipakai diantaranya adalah twin-silinder horizontal, 4 valve, berpendingin air, dan berkapasitas mesin besar yaitu 1.500 cc dengan bahan bakar bensin atau nafta.

Namun, meski bermesin besar tetapi tenaga kuda yang dihasilkan hanya 2,5HP saja pada 240rpm. Selain itu, sepeda motor ini belum menggunakan persneling, belum menggunakan magnet, belum menggunakan aki (accu), belum menggunakan koil, dan belum menggunakan kabel listrik. Diperlukan waktu sekitar 20 menit untuk menghidupkan dan mestabilkan mesinnya.

Pada tahun 1932, sepeda motor ini ditemukan dalam keadaan rusak di garasi di kediaman John C Potter. Sepeda motor itu teronggok selama 40 tahun di pojokan garasi dalam keadaan tidak terawat dan berkarat. Atas bantuan montir-montir marinir di Surabaya, sepeda motor milik John C Potter itu direstorasi (diperbaiki seperti semula) dan disimpan di kantor redaksi mingguan De Motor.

Sepeda motor antik itu diboyong ke Museum Lalu Lintas (Museum Polisi) di Surabaya yang kemudian pada tahun 1934 disumbangkan ke Museum Negeri Mpu Tantular di Sidoarjo dengan nomer inventaris 10.81 kategori IPTEK namun memberikan deskripsi yang berbeda, yaitu sebagai sepeda motor uap merk Daimler.

Pada 1899, di negeri ini juga sudah hadir sepeda motor listrik beroda tiga yang menggunakan tenaga baterai, yang bernama De Dion Bouton Tricycle buatan Perancis. Sepeda motor listrik beroda tiga itu juga digunakan untuk menarik wagon penumpang.

Sepeda motor De Dion Bouton cukup terkenal di masanya.Sepeda motor lain terlihat pada tahun 1902 yang juga digunakan untuk menarik wagon yaitu sepeda motor Minerva buatan Belgia. Mesin Minerva saat itu juga dipesan dan digunakan pada merk motor lain sebelum bisa membuat mesin sendiri, diantaranya adalah Ariel Motorcycles di Inggris.

Berbagai merek sepeda motor dijual di negeri ini, mulai dari Reading Standard, Excelsior, Harley Davidson, Indian, King Dick, Brough Superior, Henderson, sampai Norton.

Merek-merek sepeda motor yang hadir di negeri ini dapat dilihat dari iklan-iklan sepeda motor yang dimuat di surat kabar pada kurun waktu dari tahun 1916 – 1926.

R.S Stockvis & Zonnen Ltd merupakan salah satu perusahaan yang tercatat menyediakan suku-suku cadang motor dan mobil (juga mengurus pesanan mobil-mobil Eropa maupun Amerika).

Pada 1906, Administratur Bantool (Bantul) di Yogyakarta juga terlihat mempunyai sepeda motor dan beberapa buah mobil. Pada masa itu, memang hanya orang Belanda dan Inggris serta disusul pribumi ningrat yang mempunyai kemampuan membeli sepeda motor pada masa-masa awal.

Seiring dengan pertambahan jumlah mobil, jumlah sepeda motor pun terus bertambah. Lahirlah klub-klub touring sepeda motor, yang anggotanya adalah pengusaha perkebunan dan petinggi pabrik gula.

Sumber : forum.viva.co.id/motor/661720-foto-geng-motor-indonesia-zaman-belanda.html

dunia psikologi

Psikologi Karakter
TRUE STORY : Kisah 3 Karung Beras

Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggalah ibu dan anak laki-lakinya untuk saling menopang.
Ibunya bersusah payah seorang membesarkan anaknya, saat itu kampung tersebut belum memiliki listrik. Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak.
Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas. Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa lagi bekerja disawah.
Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kg beras untuk dibawa kekantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibuya tidak mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras tersebut.

Dan kemudian berkata kepada ibunya: " Ma, saya mau berhenti sekolah dan membantu mama bekerja disawah". Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata: "Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah senang sekali tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau mama sudah melahirkan kamu,
pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah nanti berasnya mama yang akan bawa kesana".
Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan kesekolah, mamanya menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya.
Sang anak akhirnya pergi juga kesekolah. Sang ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh. Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya datang kekantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya.
pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata : " Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, disini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat
penampungan beras campuran". Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut.

Awal Bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk kedalam kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata: "Masih dengan beras yang sama". Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata : "Tak perduli
beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna.
Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya"
Sang ibu sedikit takut dan berkata : "Ibu pengawas, beras dirumah kami semuanya seperti ini jadi bagaimana? Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata : "Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam- macam jenis beras". Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.

Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali kesekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: "Kamu sebagai mama kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu !".
Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata: "Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis". Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk diatas lantai, menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan
membengkak. Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata: "Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah
lagi."

Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya.
Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi kekampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan kembali kekampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan kesekolah.
Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata: "Bu sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu." Sang ibu buru- buru menolak dan berkata: "Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah
anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini."

Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam- diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun. Setelah Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi qing hua dengan nilai 627 point.
Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk diatas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras.
Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah. Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata : "Inilah sang ibu dalam cerita tadi."
Dan mempersilakan sang ibu tersebut yang sangat luar biasa untuk naik keatas mimbar. Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat kebelakang dan melihat gurunya menuntun mamanya berjalan keatas mimbar. Sang ibu dan sang
anakpun saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan berkata: "Oh Mamaku......

Inti dari Cerita ini adalah: Pepatah mengatakan: "Kasih ibu sepanjang masa, sepanjang jaman dan sepanjang kenangan" Inilah kasih seorang mama yang terus dan terus memberi kepada anaknya tak mengharapkan kembali dari sang anak. Hati mulia seorang mama demi menghidupi sang anak berkerja tak kenal lelah dengan satu
harapan sang anak mendapatkan kebahagian serta sukses dimasa depannya. Mulai sekarang, katakanlah kepada mama dimanapun mama kita berada dengan satu kalimat: " Terimakasih Mama.. Aku Mencintaimu, Aku Mengasihimu. ..selamanya"

Menstimulasi 8 Jenis Kecerdasan Anak

Menstimulasi 8 Jenis Kecerdasan Anak  Ayahbunda.co.id

Menilai kecerdasan anak tidak bisa hanya berdasarkan skor standar semata, seperti tes IQ,  hal itu amatlah terbatas. Namun, perlu mengukur dari definisi kecerdasan yang berbeda.

Dr. Howard Gardner, Profesor bidang pendidikan di Harvard University, Amerika Serikat mengemukakan, definisi kecerdasan yang berbeda untuk mengukur potensi manusia secara lebih luas, baik pada anak maupun orang dewasa. Ia membagi 8 jenis kecerdasan, dan dikenal sebagai Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences). Dan kita semua punya 8 area kecerdasan itu dalam taraf berbeda.

Menurut Dr. Halit Hulusi,Senior Educational Psychologist di Birmingham Educational Psychology Service, Inggris, dengan delapan area kecerdasan ini, berarti beragam cara dapat dilakukan orangtua untuk mengembangkan kecerdasan anak-anaknya. Namun, tentu saja tidak setiap anak bisa menjadi brilyan di semua bidang, tetapi Anda dapat membantunya mengoptimalkan semua potensi di setiap area kecerdasannya.

1. Kecerdasan Linguistik (Word Smart). 
Kecerdasan yang melibatkan kemampuan berbahasa. Seorang anak dengan  kecerdasan linguistik menonjol umumnya senang mendengarkan cerita, senang bercerita, senang bermain peran, dan permainan yang berhubungan dengan kata-kata.
Stimulasi: Ajak anak main tebak-tebakan, misalnya tentang ciri-ciri binatang. “Ada binatang, suaranya guk guk, warna bulunya putih. Kamu sayang sekali padanya. Binatang apa itu, ya?”
Anak bisa menjadi penulis, wartawan, pengacara, penyiar radio, pembawa acara atau ahli di bidang pemasaran.
Coba! Duduk berhadapan dengan anak, lalu berceritalah tentang apa yang telah dilakukannya hari ini bergantian dengan Anda.

2. Kecerdasan Logika-Matematika (Number Smart).
Kecerdasan yang melibatkan kemampuan menganalisis masalah secara logis, menemukan atau menciptakan rumus-rumus atau pola matematika, dan menyelidiki sesuatu secara ilmiah. Anak-anak dengan kecerdasan logika-matematika yang tinggi memperlihatkan minat besar pada kegiatan eksplorasi, cerewet bertanya tentang berbagai fenomena, dan menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaannya.
Stimulasi: Mulailah berhitung. Manfaatkan jari tangan, orang yang sedang berbaris, atau apa saja. Arahkan perhatian anak pada angka dan pola yang ada di sekitarnya. Gunakan manik-manik berwarna untuk membuat pola sederhana yang dapat ditiru anak. Misalnya, susun biru-merah-kuning-hijau, lalu biarkan anak melanjutkan dengan pola yang sama.
Anak bisa menjadi  ilmuwan, dokter atau ekonom.
Coba! Buat semacam gerai toko dengan memanfaatkan barang-barang  di rumah, termasuk mainannya. Ajak anak bermain peran sebagai pedagang dan pembeli.

3. Kecerdasan Visual-Spasial (Picture Smart).
Kecerdasan yang melibatkan kepekaan mengobservasi dan kemampuan  berpikir dalam gambar. Kecerdasan ini memungkinkan anak membayangkan bentuk-bentuk geometri atau tiga dimensi dengan lebih mudah. Biasanya, anak menyukai kegiatan bermain puzzle, menggambar, bermain balok, mencari jalan paling tepat, serta menghabiskan waktu luang untuk melamun.
Stimulasi: Biarkan anak bereksplorasi saat ia menggambar. Gunakan kapur, plastisin, cat air atau krayon dengan berbagai alat bantu seperti sikat, gunting, tangan dan kaki, bahkan sayuran untuk menggambar atau mencetak gambar. Ajak anak berdiskusi tentang hasil karyanya, termasuk tekstur, warna dan ukurannya.
Anak bisa menjadi arsitek, seniman, ahli mesin, animator, desain komputer grafis, atau fotografer.
Coba! Ajak anak memilih sebuah gambar, misalnya dari majalah lama, Gunting secara acak, lalu minta dia menyusunnya sehingga menjadi gambar yang utuh kembali. 

4. Kecerdasan Musikal (Music Smart).
Kecerdasan yang melibatkan kemampuan berpikir atau mencerna musik,  menggunakan musik sebagai sarana berkomunikasi, menginterpretasikan bentuk dan ide musikal, serta menciptakan pertunjukan dan komposisi yang ekspresif. Anak yang memiliki kecerdasan ini sensitif terhadap suara, struktur musik dan ritme. Ia kemungkinan bagus saat menyanyi atau memainkan instrumen musik.
Stimulasi: Bangkitkan minat anak untuk mengenali dan merespon aneka suara yang dia dengar sehari-hari, misalnya suara bel pintu atau suara telepon. Anda juga bisa memperdengarkan suatu irama tepuk tangan, lalu lihat apakah anak dapat mengulang irama tepukan Anda tadi? Atau, dia berminat membuat irama tepuk tangan untuk Anda tiru.
Anak bisa menjadi  komposer, penata musik, musisi, atau guru musik.
Coba! Buat alat musik sederhana dengan benda-benda yang ada di rumah. Misalnya ember plastik dan sendok kayu sebagai drum dan alat pemukulnya. Kurang menantang? Buat seperangkat alat musik dan mainkan bagai sebuah orkes simfoni.

Baca:
Kecerdasan Gerak Tubuh (Body Smart), Kecerdasan Interpersonal (People  Smart), Kecerdasan Intrapersonal (Self Smart), dan Kecerdasan Naturalis (Nature Smart)

STATISTIK




ANAOVA

Pengertian Anova
Anava atau Anova adalah sinonim dari analisis varians terjemahan dari analysis of variance, sehingga banyak orang menyebutnya dengan anova. Anova bagian dari metoda analisis statistika yang tergolong analisis komparatif lebih dari dua rata-rata.
Analisis Varians (ANAVA) adalah teknik analisis statistik yang dikembangkan dan diperkenalkan pertama kali oleh Sir R. A Fisher (Kennedy & Bush, 1985). ANAVA dapat juga dipahami sebagai perluasan dari uji-t sehingga penggunaannya tidak terbatas pada pengujian perbedaan dua buah rata-rata populasi, namun dapat juga untuk menguji perbedaan tiga buah rata-rata populasi atau lebih sekaligus.
Jika kita menguji hipotesis nol rata-rata dua buah kelompok tidak berbeda, teknik ANAVA dan uji-t (uji dua pihak) akan menghasilkan kesimpulan yang sama; keduanya akan menolak atau menerima hipotesis nol. Dalam hal ini, statistik F pada derajat kebebasan 1 dan n-k akan sama dengan kuadrat dari statistik t.
ANAVA digunakan untuk menguji perbedaan antara sejumlah rata-rata populasi dengan cara membandingkan variansinya
Seandainya kita mempunyai suatu populasi yang memiliki variansi  dan rata-rata . Dari populasi tersebut misalkan diambil tiga buah sampel secara independent, masing-masing dengan n1, n2, dan n3. Dari setiap sampel tersebut dapat ditentukan rata-rata dan variansinya, sehingga akan diperoleh tiga buah rata-rata dan variansi sampel yang masing-masing merupakan statistik (penaksir) yang tidak bias bagi parameternya. Dikatakan demikian karena, dalam jumlah sampel yang tak hingga, rata-rata dari rata-rata sampel akan sama dengan rata-rata populasi  dan rata-rata dari variansi sampel juga akan sama dengan variansi populasi .


Anova Satu Arah
Dinamakan analisis varians satu arah, karena analisisnya menggunakan varians dan data hasil pengamatan merupakan pengaruh satu faktor.Dari tiap populasi secara independen kita ambil sebuah sampel acak, berukuran n1 dari populasi kesatu, n2 dari populasi kedua dan seterusnya berukuran nk dari populasi ke k. Data sampel akan dinyatakan dengan Yij yang berarti data ke-j dalam sampel yang diambil dari populasi ke-i.
      Anava satu jalur yaitu analisis yang melibatkan hanya satu peubah bebas. Secara rinci, Anava satu jalur digunakan dalam suatu penelitian yang memiliki ciri-ciri berikut: Melibatkan hanya satu peubah bebas dengan dua kategori atau lebih yang dipilih dan ditentukan oleh peneliti secara tidak acak. Kategori yang dipilih disebut tidak acak karena peneliti tidak bermaksud menggeneralisasikan hasilnya ke kategori lain di luar yang diteliti pada peubah itu. Sebagai contoh, peubah jenis kelamin hanya terdiri atas dua ketgori (pria-wanita), atau peneliti hendak membandingkan keberhasilan antara Metode A, B, dan C dalam meningkatkan semangat belajar tanpa bermaksud menggeneralisasikan ke metode lain di luar ketiga metode tersebut.
Anava pengembangan atau penjabaran lebih lanjut dari uji-t. Uji-t atau uji-z hanya dapat melihat perbandingan dua kelompok data saja. Sedangkan anova satu jalur lebih dari dua kelompok data. Contoh: Perbedaan prestasi belajar statistika antara mahasiswa tugas belajar (), izin belajar () dan umum ().
Tujuan dari uji anova satu jalur adalah untuk membandingkan lebih dari dua rata-rata. Sedangkan gunanya untuk menguji kemampuan generalisasi. Maksudnya dari signifikansi hasil penelitian. Jika terbukti berbeda berarti kedua sampel tersebut dapat digeneralisasikan (data sampel dianggap dapat mewakili populasi). Anova satu jalur dapat melihat perbandingan lebih dari dua kelompok data.
Asumsi dari Anova:
Data berdistribusi normal, karena pengujiannya menggunakan uji F-Snedecor
            Varians atau ragamnya homogen, dikenal sebagai homoskedastisitas, karena hanya digunakan satu penduga (estimate) untuk varians dalam contoh
            Masing-masing contoh saling independen, yang harus dapat diatur dengan perancangan percobaan yang tepat
            Anova lebih dikenal dengan uji-F (Fisher Test), sedangkan arti variasi atau varian itu asalnya dari pengertian konsep “Mean Square” atau kuadrat rerata (KR).

pra sekolah



1Anak Pra Sekolah



    Tujuan dan tipe kelompok bermain
Di beberapa negara sangat diharapkan bahwa kelompok bermain dapat memberikan persiapan akademis untuk anak. Sebaliknya, kelompok bermain di amerika serikat dan negara barat lainnya menekankan pertumbuhan sosial dan emosional sejalan dengan kebutuhan-kebutuhan perkembangan anak meskipun memiliki penekanan kognitif yang lebih kuat. Hal ini didasari oleh teori Piaget atau pendidikan Italia Mari Montessori.
 Di Amerika Serikat, instruksi mengenai kemampuan akademis dasar pada kelompok bermain diberikan dengan menumbuhkan tekanan untuk meningkatkan pendidikan. Pendukung pendekatan perkembangan tetap bertahan bahwa dengan menawarkan program yang berorientasi pada akademis akan mengabaikan kebutuhan anak kecil untuk mengeksplorasi diri dan bermain bebas. Ditambah lagi dengan instruksi yang terlalu banyak daroi guru akan menghambat minat anak-anak serta merusak pembelajaran anak atas adanya inisiatif diri.
Untuk menjadi jenis dan tipe kelompok bermain yang terbaik untuk anak, di adakan penelitian yang mendukung pendekatan perkembangan yang terpusat pada anak. Sebuah penelitian lapangan (Marcon, 1999) membandingkan sebanyak 721 anak berusia 4 dan 5 tahun dari tiga tipe kelas kelompok bermain di washington. Yaitu dengan tipe terfokus pada anak, terarah secara akasdemis, dan gabungan dari keduanya. Anak dari tipe pertama, program yang terfokus pada anak, aktif mengatur pengalaman pembelajaran dan menonjol pada kemampuan akademis dasar. Mereka juga memiliki kemampuan motorik yang lebih dibandingkan kelompok anak dari program tipe kedua dan kemampuan komunikasi serta perilaku yang lebih dibandingkan dengan kelompok anak dari program tipe ketiga. Penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok bermain yang menggunakan prograng terpusat pada anak akan lebih efektif dibandingkan dengan yang berorientasi pada akademis. Dan pendidikan tunggal serta koheren akan memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan apabila kita menggabungkan pendekatan yang berbeda.


2.     Program pengimbangan prasekolah
            Diperkirakan dua per tiga dari anak pinggiran  yang miskin masuk sekolah tanpa persiapan yang baik untuk belajar. Hal ini menunjukkan bahwa makin tinggi status ekonomi keluarga maka kemungkinan kesiapan anak untuk belajar semakin tinggi. Sejak pertenghan tahun 1960-an program berskala besar telah dikembangkan untuk membantu anak seperti ini mengompensasi apa yang tidak mereka dapat dan mempersiapkan mereka untuk sekolah. Program pengimbangan prasekolah terbaik si AS untuk ank dari keluarga berpenghasilan rendah adalah project head start, program yang didanai pemerintah federal, yang diluncurkan pada tahun 1965.
Konsisten dengan pendekatan “anak yang utuh”, tujuan program ini adalah bukan hanya meningkatkan kemampuan kognitif, tetapi juga meningkatkan kesehatan fisik dan menimbulkan keperceyaan diri, hubungan dengan orang lain, tanggung  jawab sosial, serta rasa bangga dan harga diri untuk anak dan keluarga. Program ini menyediakan perawatan kesehatan medis, gigi dan mental, layanan sosial, dan setidaknya sekali makanan hangat dalam satu hari.
Apakah head start berhasil seperti yang diharapkan? Data mendukung keefektifannya dalam meningkatkan kesiapan ekolah (ripple et al., 1999; USDHHS, 2003b). Hampir serupa, anak yang mengikuti program yang disponsori negara yang lebih baru cenderung menunjukkan kemampuan kognitif dan bahasa serta berprestasi lebih baik disekolah dibanding anak yang tidak ikut (USDHHS, 2003a). Meskipun anak-anak yang mengikuti program head start mengalami peningkatan dalam kosakata, pengenalan huruf, menulis awal dan matematika awal., kesiapan kemampuan mereka masih tetap dibawah rata-rata (USDHHS,2003b). Selain itu, meskipun merekalebih baikmdalam hasil tes kecerdasan dibandingkan anak lain dari latar belakang yang sama, keunggulan ini hilang ketika mereka mulai sekolah.
Meskipun demikian, anak-anak dari program head start  dan program-program pengimbangan lainnya akan memiliki kemungkinan  yang lebih sedikit untuk ditempatkan di pendidikan khusus atau tinggal kelas dan lebih mungkin menyelesaikan  SMA  dibandingkan anak dari keluarga berpenghasilan rendah yang tidak ikut program ini (Neisser et al., 1996).
 “lulusan“ dari salah satu program serupa, Perry Preschool Project, jugs lebih sedikit kemungkinannya untuk menjadi remaja nakal atau hamil pada usia dini (Berrueta-Clement, schweinhart, Barnett, Epstein, dan weikart, 1985; Schweinhart, Barenes dan weikart, 1993; lihat bab 17).
Hasil terbaik dan lebih bersifat jangka panjang diperoleh dengan investasi dini melalui program yang terpusat. Program head start yang paling berhasil adalah program dengan keterlibatan orang tua terbanyak, guru-guru yang terlatih dengan baik, serta rasio staf anak yang terkecil, jumlah hari dan minggu sekolah terpanjang, dan yang memiliki layanan yang paling ekstensif (Ramey, 1999).
Pada tahun 1995, program Early head start mulai menawarkan layanan perkembangan anak dan keluarga kepada perempuan hamil serta kepada bayi dan balita mulai lahir smpai berusia 3 tahun. Sampai tahun 2002, program ini sudah beroperasi di 644 komunitas dan melayani sekitar 55.000 anak (Love et al., 2002). Sebuah evaluasi berskala besar dengan metode random menemukan dampak yang cukup namun konsisten, ketika anak berusia 2 sampai 3 tahun. Para partisipan memperoleh hasil yang lebih baik pada tes kosakata dan perkembangan yang terstandarisasi serta memiliki tingkat resiko keterlambatan perkembangan yang lebih  dibandingkan anak yang tidak ikut program.
Pada saat berusia 3 tahun, mereka lebih tidak agresif, lebih berkonsentrasi ketika bermain, dan lebih terlibat secara positif dengan orang tua mereka. Pengaruh terbesar didapat pada keluaraga Afrika-Amerika, keluarga yang mendaftar ketika masa kehamilan dan keluarga dengan faktor resiko demografis yang cukup namun tidak terlalu tinggi. Program yang menawarkan gabungan layanan terpusat dan layanan kerumah menunjukkan hasil yang lebih baik dibanding program yang hanya terkonsentrasi pada satu tempat.
Chicago Child Parent Centers, subuah program pengimbangan berskala besr yang didanai pemerintah federal, melayani anak mulai usia 3 tahun sampai kelas 3 SD.

Penambahan beberapa tahun yang melibatkan penambahan akademis secara signifikan meningkatkan prestasi membaca partisipasi serta menurunkan tingkat pengulangan kelas dan penempatan di kelas khusus sampai kelas 3 SMP, dibandingkan partisipan yang hanya berpartisipasi selama 2 atau 3 tahun (Reynold, 1994; Reynold dan temple, 1998). Pada usia 20 tahun, dari sekitar 99 anak yang termasuk dalam tingkat miskin yag memulai program sekitas 4 tahun, hampir setengah (49,5%) telah lulus dari SMA. Dibanding dengan 38,5% dari kelompok kontrol yang hanya mengikuti kelompok bermain yang kurang intensif, atau tidak mengikuti sama sekali; dan 16,9% ditangkap karena kenakalan remaja dibanding kelompok kontrol yang mencapai 25,1% (Reynolds, Temple, Robertson dan mann , 2001).

3.     Peralihan ke TK
Meskipun pada awalnya adalah sebuah transisi dari sebuah lingkungan yang relatif bebas dirumah atau kelompok bermain ke sebuah “sekolah sebenarnya” yang berstruktur, TK di AS sekarang sudah menjadi lebih mirip kela 1 SD. Anak menghabiskan waktu yang lebih sedikit pada aktivitas yang dipilihnya dan lebih banyak waktu yang dihabiskan pada lembar tugas dan persiapan membaca.
Meskipun di beberapa negara bagian tidak mensyaratkan program Tk atau harus masuk TK ( Vecchiotti, 2003), kebayaka anak 5 tahun masuk ke TK. Sejak akhir tahun 70-an,ada peningkatan jumlah anak TK( 60% dari tahun 2001) yang menghabiskan waktunya satu hari penuh disekolah dibandingkan dengan waktu sekolah tradisional yang hanya setengah hari (National Center for  education Statistics, 2004a). Pendorong praktis dari hal ini adalah makin besarnya jumlah orang tua tunggal atau keluarga yang kedua orang tuanya bekerja,. Selain itu, sejumlah besar anak susdah mengalami masa kelompok bermain, program pra-TK, atau penitipan anak penuh waktu, sudah siap untuk mengikuti kurikulum TK yang lebih berat dan lebih intensif waktunya.  Anak dari keluarga miskin dan minoritas, terutama anak berkulit hitam, secra proporsi lebih sedikit yang mengikuti TK sehari penuh ( National Center for education statistics, 2004a; walston dan West, 2004).
Menurut sebuah penelitian longitudianl terhadap sample nasional angka TK yang memulai Tk pada musim gugur 1998, anak sekolah negri yang mengikuti Tk sehari penuh mungkin dibandingkan yang mengikuti TK setengah hari untuk menerima instruksi harian mengenai kemajuan pra membaca serta pelajaran matematika, sosial dan sains (walston dan west, 2004) dan cenderung berprestasi lebih baikpada akhir TK dan kelas 1SD (Vecchiotti,2003; Walston dan west, 2004). Meskipun demikian, pada akhir kelas 3 SD, anak yang masuk TK seharian dan yang setengah hari pada dasarnya setara dlam kemampuan membaca, matematika, dan sains.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan pentingnya persiapan yang diterima anak sebelum masuk TK. Anak yang masuk TK yang berasal dari lingkungan keluarga yang lebih menguntungkan cenderung lebih baik dalam matematika dan membaca, dan jarak antara anak yang bersal dari lingkungan yang menguntungkan dengan yang bersal dari lingkungan yang tidak menguntungkan melebar selama 4 tahun pertama sekolah.
Penyesuaian sosial dan emosional adalah faktor penting dalam kesiapan masuk  TK dam merupakan prediktor yang kuat terhadap keberhasilan disekolah. Hal yang lebih penting daripada kemampuan mengenal huruf dan menghitung sampai 20, menurut para guru TK adalah kemampuan untuk duduk diam, mengikuti arahan, menunggu giliran, dan mengatur pembelajaran diri sendiri (Blair, 2002; Brooks-Gunn, 2003; raver,2002). Tingkat kemampuan anak menyesuaikan diri  terhadap Tk bergantung pada usia , gender, temperamen, kompetensi kognitif dan sosial  dan kemampuan coping, selain juga dukungan atau stress yang dihasilkan oleh rumah, sekolah, dan lingkungan tempat tinggal. Anak dengan pengalaman prasekolah yang ekstensif cenderung lebih mudah menyesuaikan diri dengan TK dibandingkan mereka yang hanya menghabiskan waktu sebentar atau tidak masuk kelompok bermain.
Karena batas usia masuk TK berbeda antar negara, anak yang masuk TK dengan usia yang bervariasi antara 4-6 tahun. Selain itu, seiring dengan meningkatnya tekanan akademis dan emosional, kebanyaka orang tua menahan anaknya selama 1 tahun, dan beberapa negara menaikkan batasan tanggal lahir untuk syarat masuk karena percaya anak yang ulang tahunnya dekat dengan batas tersebut akan lebih siap untuk TK jika mereka menunggu 1 tahun. Meskipun demikian, penelitian menunjukkan hasil yang terbatas mengenai ide ini. Anak yang lebih tua ketika masuk TK memang memiliki keuntungan akademis awal yang lumayan, tetapi pada saat berusia 3 tahun, keuntungan ini sudah hilang. Sudah ada usulan supaya memperpanjang tahun sekolah. Ketika SD di kota menengah di daerah selatan menambah 30 hari ke tahun sekolah mereka, anak yang menyelesaikan TK mengungguli rekan mereka, yang mengikuti program 180 hari dalam tes matematika, membaca, pengetahuan alam, dan kompetensi kognitif
 
4.     Aspek-Aspek Perkembangan Pada Usia Anak Pra Sekolah
 Masa kanak-kanak dini atau anak usia pra-sekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai perempuan atau laki-laki, dapat mengatur diriya sendiri dan mengenal bebrapa hal yang dianggap berbahaya. Secara umum, aspek-aspek perkembangan pada usia anak pra sekolah ini dapat diuraikan sebagai berikut;

4.1. Perkembangan fisik
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Seiring meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut berat badan dan tinggi, maupun tenaganya, memungkinkan anak untuk lebih mengembangkan keterampilan fisiknya dan eksplorasi terhadap lingkungan tanpa bantuan orang tua. Pada usia ini banyak perubahan fisiologis seperti pernapasan yang menjadi lebih lambat dan dalam serta denyut jantung lebih lama dan menetap.
Proporsi tubuh juga berubah secara dramatis seperti pada usia 3 tahun, rata-rata tingginya sekitar 80-90 cm dan beratnya sekitar 10-13 kg, sedangkan pada usia 5 tahun tingginya dapat mencapai 100-110 cm. Tulang  kakinya tumbuh dengan cepat dan tulang-tulang semakin besar dan kuat, pertumbuhan gigi semakin komplit. Untuk perkembangan fisik anak sangat diperlukan gizi yang cukup seperti protein, vitamin, dan mineral dsb.



4.2.Perkembangan Intelektual
Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode preoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Periode ini juga ditandai dengan berkembangnya representasional atau symbolic function yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk mempresentasikan sesuatu yang lain menggunakan simbol-simbol seperti bahasa, gambar, isyarat, benda, untuk melambangkan sesuatu atau peristiwa. Melalui kemampuan diatas, anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Ia dapat menggunakan kata-kata, benda untuk mengungkapkan lainnya atau suatu peristiwa.


4.3.Perkembangan Emosional
Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya (dirinya) berbeda dengan Aku (orang lain atau benda). Kesadaran ini diperoleh dari pengalaman bahwa tidak semua keinginannya dapat dipenuhi orang lain. Bersamaan dengan itu berkembang pula perasaan harga diri. Jika lingkungannya tidak mengakui harga dirinya seperti memperlakukan anak dengan keras, atau kurang menyayanginya maka dalam diri anak akan berkembang sikap-sikap keras kepala, menentang, atau menyerah dengan terpaksa.Beberapa emosi umum yang berkembang pada masa anak yaitu, takut (perasaan terancam), cemas (takut karena khayalan), marah (perasaan kecewa), cemburu (merasa tersisihkan), kegembiraan (kebutuhan terpenuhi), kasih sayang (menyenangi lingkungan), phobi (takut yang abnormal), ingin tahu (ingin mengenal).

4.4. Perkembangan Bahasa
Anak prasekolah memiliki banyak pertanyaan. “beberapa kali tidur sampai akhirnya waktu berganti?”, siapa yang mengisi air disungai”?, apakah bayi punya otot”?, apakah bebauan berasal dari dalam hidung”?, fasilitas bahasa yang berkembang dari anak membnatu mereka mengekpresikan pandangan unik mereka mengenai  dunia.

Kosakata
Pada usia 3 tahun, rata-rata anak mengetahui 900 sampai 100 kata. Pada usia 6 tahun anak biasanya menguasai kosakata ekspresif (yang bisa diucapkan) sekitar 2600 kata dan memahami sekitar 20.000 ( Owens, 1996). Dengan bantuan sekolah formal, kosakata pasif atau reseftif anak 9 kata-kata yang bisa ia pahami) akan bertanbah 4x lipat menjadi 80.000 kata ketika ia memasuki SMA (Owens,1996).
Perluasan kosakata yang pesat ini mungkin terjadi karena pemetaan cepat  yang memungkinkan anak untuk memetik arti kira-kira dari sebuah kata baru setelah mendengarnya sekali atau dua kali dalam percakapan. Di konteksnya, ank membentuk sebuah hipotesis cepat mengenai arti sebuah kata, yang kemudian akan diperbaiki seiring dengan makin seringnya kata tersebut didengar dan digunakan. Para ahli bahasa belum yakin bagaimana pemetaan cepat bekerja, tetapi sepertinya anak, membuat gambaran dari apa yang ia ketahui mengenai aturan-aturan pembentukan kata, kata serupa, konteks langsung, dan subjek yang sedang didiskusikan. Namun dari objek (kata benda)  kelihatannya lebih cepat untuk dipetakan dibandingkan tindakan ( kata kerja), yang lebih tidak konkret. Meski dmikian, sebuah eksperimen yang menunjunkkan  bahwa seorang anak yang berusia sedikit dibawah 3 tahun  mampu melakukan pemetaan cepat  terhadap kata kerja yang baru dan mengaplikasikannya dalam situasi lian dimana sebuah tindakan  yang sama dilakukan (Gollinkoff, jacquet, Hirsh-Pasek dan Nandakumar,1996).
Perkembangan teori tentang fikiran-peningkatan kemampuan untuk memahami keadaan mental orang lain- sepertinya memiliki peran dalam pembelajaran kosakata. Dalam sebuah penelitian, anak prasekolah belajar kata-kata “tak bermakna” dengan lebih baik dari pembicara yang kelihatannya yakin arti kata tersebut dibandingkan dari pembicara yang kelihatannya tidak yakin (Sabbagh dan Baldwin,2001).
Kebanyakan anak yang berusia 3 dan 4 tahun tampaknya dapat mengetahui ketika dua kata merujuk pada objek atau tindakan yang sama (Savage dan au, 1996). Mereka tahu bahwa sebuah objek tidak mungkin memiliki dua nama unik ( seekor anjing tidak mungkin tolol dan fido). Mereka juga pahan bahwa lebih dari satu kata sifat dapat diterapkan pada satu kata benda yang sama ( “fido yang baik”).

Tata Bahasa dan sintaks
Cara bagaimana anak menggabungkan suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat tumbuh menjadi kompleks pada masa kanak-kanak awal. Pada usia 3 tahun, anak biasanya mulia menggunakan bentuk jamak, kata ganti kepemilikan, bentuk masa lampau, serta mengetahui perbedaan antara saya, kamu dan kita. Kalimat mereka biasanya pendek dan sederhana, sering kali menghilangkan article seperti a dan the, tetapi memasukkan kata ganti , kata sifat, dan kata depan. Meskipu demikian, mereka sering kali menggunakan kalimat deklaratif ( “kucing ingin susu”), meraka bisa bertanya dan menjawab apa dan dimana. ( mengapa dan bagaimana lebih sulit untuk dipahami).
Meskipun demikian, mereka sering melakukan over generalisasi karena belum belajar atau menangkap pengecualian terhadap peraturan. Mengucapkan “ holded “ dan bukan “ held” atau “ eated” dan bukan “ ate” adalah tanda normal dari kemajuan bahasa ketika anak kecil mengetahui aturan , seperti penambahan –ed dibelakang kata kerja untuk bentuk lampau, mereka cenderung melakukannya bhakan pada kata- kata yang tidak mengikuti aturan ini. Pada akhirnya mereka menyadari bahwa –ed tidak terlalu digunakan untuk membuat bentuk lampau sebuah kata kerja.
Antara usia 4-5 tahun, kalimat yang digunakan rata-rata terdiri dari 4-5 kata dan bisa berbentuk deklaratif, negatif, introgatifg, atau imperatif. Anak berusia 4 tahun mengguanakan kalimat kompleks dan mutiklausal 9”saya akan makan kalau saya lapar”) lebih sering jika orang tua mereka sering menggunakan kalimat seperti ini ( huttenlocher, Vasilyeva, Cymerman dan Lavine, 2002). Ank pada usia ini cenderung merangkai kaliamat dalam bentuk narasi yang panjang. Dan beberapa hal, pemahaman mungkin masih belum matang. Sebagai contoh, jika ibunya menyuruhnya “ kamu boleh menonton TV setelah kamu membereskan mainanmu”, ia bisa saja memproses kata-kata ini sesuai urutannya mendengar, sehingga berfikir bahwa ia boleh menonton TV kemudian membereskan mainannya.
Pada usia 5-7 tahun, perkataan anak sudah mulai mirip orang dewasa. Mereka berbicara dalam kalimat yang lebih panjang dan kompleks. Mereka menggunakan lebih bnayak konjungsi, awalan dan article. Mereka menggunakan kalimat majemuk dan kompleks dan dapat memahami semua bagian kalimat. Tetap saja, meskipun anak dapat berbicara dengan lancar, dapat dipahami, dan dengan tata bahasa yang baik, mereka tetap belum menguasai seluk beluk bahasa.
 Meraka jarang mengguanakan kalimat pasif (“saya didandani oleh kakak”), kalimat kondisional (“jika saja sudah besar, saya dapat mengemudikan mobil”), atau kata kerja auxiliary have (“ I have seen tahat lady before”) ( C.S. Chomsky, 1969).

Pragmatik dan Perkataan Sosial
Ketika anak belajar kosakata, tata bahasa dan sintaks mereka lebih menjadi kompeten dalam hal pragmatik, pengetahuan pragtis mengenai bagaimana mengguanakan bahasa untuk berkomunikasi. Termasuk dalam hal ini adalah mengetahui bagaimana bertanya tentang sesuatu, menceritakan cerita atau lelucon, memulai dan melanjutkan percakapan dan menyesuaikan tanggapan dengan sudut pandang pendengar. Ini semua adalah aspek-aspek dari perkataan sosial: perkataan yang dimaksud untuk dipahami oleh pendengar.
Dengan meningkatakan pelapalan dan tata bahasa, kan lebih mudah bagi orang lain untuk memahami apa yang dikatakan anak. Kebanyakan anak yang berusia 3 tahun senang berbicara, dan mereka memperlihatkan akibat dari perkataan mereka pada diri orang lain. Jiak orang lain tidak memahami maksud mereka , mereka akn berusahamenjelasakan dengan lebih jelas. Anak 4 tahun , terutama ank perempuan, menyederhanakan bahasa mereka dan menggunakan nada yang lebih tinggi ketika berbicara pada anak berusia 2 tahun (Owens,1996; Shatz dan Gelman, 1973).
Kebanyakan anak berusia 5 tahun dapat menyesuaikan apa yang mereka katakan dengan apa yang diketahui oleh pendengar. Mereka sekarang bisa menggunakan kata-kata untuk menyelesaikan perselisihan, dan mereka mengguanakan bahasa yang lebih sopan dan lebih sedikit menggunakan kalimat perintah langsung ketika berbicara denagn orang dewasa dibandingkan dengan berbicara dengan anak alin. Hampir setengah dari setengah anak berusia 5 tahun dapat bertahan pada sebuah topik percakapan selama sekitar 12 kali giliran, jiak mereka merasa nyaman dengan lawan bicara atau jiak topik pembicaraan adalah sesuatu yang mereka tahu dan sukai.

Perkataan Pribadi
Ana, 4 tahun sedang sendirian dikamarnya dan melukis. Ketika selesai ia terdengar sedang berbicara keras, “ sekarang saya harus melakukannya di suatu tempat untuk mengeringkannya. Saya akan meletakkannya dekat jendela. Lukisan ini harus dikeringkan dulu, saya akanmenggambar dinosaurus lagi nanti setelah ini”.
Perkataan Pribadi, berbicara dengan mengeluarka suara kepada diri sendiri tanpa adanya niat  untuk berkomunikasi dengan orang lain, bisa ditemui pada masa kanak-kanak , mencapai 20 sampai 50 persen dari apa yang dikatakan oleh anak dari 4- 10 tahun (Berk, 1986a). Aank berusia 2-3 tahun melakuakan “crib talk’, bermain dengan suara dan kata-kata. Anak berusia 4-5 tahun menggunakan perkataan pribadi sebagai cara untuk mengungkapkanfantasi dan emosi (Berk, 1992; Small, 1990). Anak yang lebih tua “befikir sambil bersuara” atau mengumam denga suara yang hampir tidak terdengar.
Piaget (1962/1923) melihat perkataan pribadi sebagai ketidakmatangan kognitif. Menurut Piaget, karena anak kecil masih egosentris, tidak bisa menyadari sudut pandang orang lain mereka tidak berkomunikasi secara bermakana. Mereka hanya menyuarakan apapun yang difikiran mereka. Selain itu menurut Piage, anak kecil berbicara ketika meraka melakukan sesuatu karena mereka belum bisa membedakan kata-kata dengan tindakan  yang diwakili oleh kata tersebut. Pada akhir tahap prooperational, seiring dengan kematangan kognitif dan kematanga sosial, menurutnya anak menjadi lebih tidak egosentris dan dapat melakukan pemikiran simbolis sehingga meninggalkan perkataan pribadi.
Vygotsky (1962/1934) tidak melihat perkataan pribadi sebagai egosentris. Ia melihat hal ini sebagai bentuk khusus dari komunikasi. Percakapan dengan diri sendiri, sehingga menurutnya, hal ini memiliki fungsi penting dalam peralihan antara perkataan sosial awal dengan perkataan dalam diri . peralihan dari kontrol prilaku . Vygotsky berpendapat bahwa perkataan pribadi mengikuti bentuk larva normal; meningkat pada masa prasekolah dan menurun , dan menghilang pada masa sekolah awal seiring dengan lebih mampunya anak mengatur dan menguasai tindaka mereka.
Penelitian umumnya mendukung pendapat Vygotsky mengenai perkataan pribadi, dalam penelitian sebuah observasional pada 93 anak 3-5 tahun berasal dari keluarga penghasilan rendah-menengah, 86 komentar anak tidak bersifat egosentris.
Selain itu ada juga fungsi perkataan pribadi dalam pengaturan diri, usaha anak mengatur prilakunya sendiri (Berk, dan Garvin, 1984; Furrow, 1984). Perkataan pribadi cenderung meningkat ketika anak berusaha melakukan tugas yang sulit, terutama tanpa pengawasan orang tua (Berk, 1992; Berk dan Garvin, 1984).

Perkembangan Bahasa yang Tertunda
Masih tidak jelas mengapa beberapa tidak jelas dalam berbicara. Mereka tidak selalu mengalami kekurangan infit bahasa dirumah. Anak-anak ini mungkin mengalami keterbatasan kognitif yang membuat mereka sulit untuk memahami aturan bahasa .
Kebanyakan anak yang megalami keterlambatan berbicara  terutama yang pemahamannya normal  pada akhirnya dapa mengejar (Dale, Price, Bishop, dan plomin 2003, Thai tobias dam Morrisson 1991) dalam sebuah penelitian longitudinal , sebanyak 31 anak yang diidentifikasi sebagai anak yang terlambat berbicara pada usia 2 tahun memiliki kemampuan naratif yang kurang kompleks pada usia 8-9 tahun dibandingkan kelompok kontrol yang tidak mengalami keterlambatan berbicara ( Manhart dan rescorla, 2002).
Karena hederitas sepertinya memengang perana besar , terutama pada kebanyakan kasus keterlambatan berbicara yang parah dan menetap , riwayat keluarga harus dipertimbangkan dalam merekomendasikan perawatan untuk anak (Bishop, Price, Dale, dan Plomin, 2003).
Pada penelitian di Filandia , anak yang terlambat berbicara dengan riwayat keluarga yang memiliki disleksia mengalami kesulitan bahasa yang menetap, tetapi mereka tidak memiliki riwayat ini dapat berbicara normal pada usia 3,5 tahun (Lyytinen, Poikkeys, laakson, Eklund dan Lyytinen,2001).
Interaksi Sosial dan Persiapan untuk kemampuan Membaca
Untuk memahami apa yang tertulis, anak harus menguasai kemampuan-kemampuan pramembaca terlebih dahulu (Lonigan , Burgess dan Anthony,2000; Muter, Hulme, Snowling, dan Stevenson, 2004). Kemunculan kemampuan literasi adalah perkembnagan dari keahlian-keahlian ini, bersama dengan pengetahuan dan sikap-sikapyang mendasari menulis dan membaca.
Kemampuan-kemapuan pramembaca mencakup: (Whitehurst, dan Lonigan,1998; lonigan et al,. 2000).
·         Kemampuan bahasa secara umum, seperti kosakata, sintaks, struktur narasi dan pemahaman bahwa bahasa digunakan untuk berkomunikasi.
·         Kemanpuan fanologis khusus, seperti kesadaran fenomik dan hubungan fenom-grafem
Dalam sebuah penelitian longitudinal selama 2 tahun terhadap 90 anak di Inggris yang masuk sekolah pada usia rata-rata 4 tahun 9 bulan, perkembangan pengenalan kata sanat bergantung pada kemampuan fonoligisspesifik. Disisi lain , kemampuan bahasa umum, merupakan prekdiktor yang lebih baik untuk pemahaman bacaan (muter et al,. 2004).
Interaksi sosial dapat memunculakan kemampuan membaca. Anak akan lebih mengkin menjadi pembaca dan penulis yang baik jika selama masa prasekolah dirangsang oleh orang tuanya dengan tantangan untuk menceritaka hal yang sudah bisa dilakukan oleh anak, jika mereka melakukan kosakta yang kaya dan memusatkan pembicaraan pada saat makan malam mengenai kegiatan sehari-hari, pada kejadian masa lalu yang sama-sama masih diingat atau pertanyaan mengenai mengapa orang melakukan sesuatu atau cara kerja sesuatu (Reese,1995;Snow, 19990, 1993).
Ketika anak belajar keahlian-keahlian ini, mereka akan perlu untuk menterjemahkan kata tertulis didalam perkataan, merekamjuga belajar bahasa menulis dapat mengekspresikan ide-idepemikiran dan perasaan.
Anak prasekolah di AS berpura-pura menulis dengan cara mencoret-coret dan mengatur coretan mereka dari kiri ke kanan (Brenneman, Massey, Machado dan Gelman, 1996). Selanjutnya mereka mulai menggunakan huruf, angka dan bentuk yang mirip untuk melambangkan kata-kata, suku kata  atau fonem. Sering kali, pengejaran mereka terlalu kreatif sehingga mereka sendiri tidak dapat membacanya (Whitehurst dan Lonigan, 1998).


Kesimpulan
Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak didik diluar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan dijalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah.